Rabu, November 25, 2009

CARA MENGERINGKAN KUNIR PUTIH ATAUPUN JAHE

CARA MENGERINGKAN KUNIR PUTIH ATAUPUN JAHE

Cara satu dikeringkan dengan matahari.
Kunir atau jahe dicuci bersih, kalau mau dikupas juga nggak apa.
Kunir diris-iris, jangan tipis2, agak tebel, kira-kira ½ sampai 1 cm
Irisan langsung direndam pakai air hangat biar kambium menutup, jadi saat dikeringkan nanti kandungannya nggak hilang.
Tiriskan
Jemur dengan posisi merata, jangan tumpang tindih, taruh kain tipis diatasnya supaya sinar matahari tidak mengenai langsung.
Kalau udah kering, simpan deh.. Dalam toples or plastik
Kalau mau minum tinggal diseduh kayak teh.

Cara dua bagi yang nggak suka ama rasa pahit kunir, tapi bagi yang punya penyakit diabetes kami sarankan nggak pakai cara ini.
1. Kunir atau jahe dicuci bersih, kalau mau dikupas juga nggak apa.
2. Diparut, diambil airnya, bisa ditambah air putih mateng satu gelas
3. Ampasnya dibuang
4. Untuk satu kilo kunir siapkan campurannya, gula pasir 2 sampai 3 kg.
5. Tapi, kalau bikin satu kilo kunir, sarinya tadi pisahkan jadi 3 bagian, jadi ntar masaknya satu bagian satu bagian.
6. Satu bagian tadi campurkan dengan satu kilo gula pasir, goreng dalam wajan teflon, eh tanpa minyak lho ya..jangan lupa kompornya pakai api kecil terus
7. Aduk terus menerus seperti mengaduk jenang, nanti lama2 adonan akan mengkristal seperti gula. Jadi deh..seperti kunir instan yang ada di toko.
8. Lakukan hal yang sama pada sisa adonan, inget satu per satu.

TUHAN SEMBILAN SENTI

TUHAN SEMBILAN SENTI

Indonesia adalah surga luar biasa ramah bagi perokok
Tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok

Di sawah petani merokok,
Di pabrik pekerja merokok,
Di kabinet menteri merokok,
Di Mahkamah Agung, yang bergaun toga merokok,
Hansip, bintara, perwira merokok,
Di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
Di perahu nelayan penjaring ikan merokok

Indonesia adalah semacam firdaus jannatunna’im sangat ramah bagi perokok,
Tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
Diruang kepala sekolah guru merokok,
Diruang kuliah dosen merokok,
Di rapat POMG orang tua murid merokok,
Di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
adakah buku tuntunan cara merokok,

Di angkot penumpang merokok,
Di bis kota, yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
Di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
Di andong Yogya kusirnya merokok,
Sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
Tapi tempat cobaan sangat berat bagi yang tidak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
Diam-diam menguasai kita,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
Bayangkan istri-istri yang bertahun-tahun menderita dikamar tidur ketika melayani suami yang bau mulut dan hidungnya seperti asbak rokok,

Ketika kita duduk ditepi tempat tidur disamping orang yang bergumul saling menularkan HIV – AIDS sesamanya,
Tapi kita tidak akan tertular penyakitnya.
Namun ketika kita duduk disesamping orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya,
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV – AIDS.

Indonesia adalah surga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
Dan kita yang tak langsung menghirup sekalipun asap tembakau itu,
Bisa terkena penyakitnya,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
Di apotek yang antri obat merokok,
Di ruang tunggu dokter, pasien merokok,
Dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tennis orang merokok,
Pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
Panitia pertandingan balap mobil, Pertandingan bulu tangkis,
Turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor rokok,

Dikamar kecil 12 meter kubik,
Sambil ‘ek-‘ek ORANG GOBLOK merokok,
Di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh ORANG GOBLOK merokok,
Di ruang ber-AC penuh,
dengan cueknya ORANG GOBLOK merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus jannatunna’im sangat ramah bagi perokok,
Tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
Diam-diam menguasai kita,

Disebuah ruang sidang ber-AC penuh,
Duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli “hisap”.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
Tapi ahli hisap rokok.

Diantara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
Sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
Kemana-mana dibawa dengan setia,
Satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
Tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
Cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
Dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan ber-AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz,
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghufati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i
Kalau tak tahan,
Diluar sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz.

25 penyakit ada dalam khamr,
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi),
Daging Khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok,
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang ya ustadz,
Wa yuharrimu ‘alaihimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
Karena pada zaman Rosulullah dahulu,
Telah ada alkohol, sudah ada babi,
Tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
Jangan.
Para ulama ahli hisap ini terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,

Pada saat sajak ini dibacakan,
Sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dasyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
Cuma setingkat dibawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
Berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita
Jutaan jumlahnya,
Bersembunyi dalam kantong baju dan celana,
Dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
Diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
Tak perlu rukuk dan sujud untuk taqarrub(mendekatkan diri) pada tuhan-tuhan ini,
Karena orang akan khusuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.

Robbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

(Az-Zumar:9)