Senin, Agustus 24, 2009

2.__Tips menjemput jodoh

Artikel ini aku tulis dulu, duuluuu banget sebelum nikah, sebenarnya untuk nasehatin diri sendiri, tapi ya nggak ada salahnya dong berbagi...

1. Have a positive thinking ke Allah

“Aku menuruti persangkaan hambaKu kepadaKu” so what’s else..? klo kita jujur pada diri sendiri, jujur pada orang lain, jujur pada Allah, pasti beres deh!! Klo pengennya ikhwan yang pinter komputer, seprinsip, semangat menuntut ilmu, punya kerjaan yang gajinya mensupport hobinya berinfaq, gaul yang syar’i, and mirip mike shinoda (ups!).. keep that on your mind, jangan karena ditawari ikhwan yang rada cakep dikit aja langsung oke, yang lainnya jadi menyesuaikan kondisi. So keep jujur pada diri sendiri and Allah itu yang paling penting.. seperti akh Salim (semoga ridho dijadiin contoh) beliau selalu jujur pada Allah minta seorang akhwat yang punya tiga kelompok binaan yang solid, sulit memang, tapi beliau tetap pengen itu. Saat ma Allah ditaarufkan ma akhwat yang punya tiga kelompok binaan yang solid, tapi gak bisa masak, gak bisa nyuci, gak bisa setrika, dan seabrek gak bisa gak bisa yang lain, The show must go on, beliau benar2 jujur pada Allah, beliau terima itu semua, karena disitulah Allah menguji kita, bener2 jujur dengan apa yang kita minta apa tidak. Dan ternyata sodara-sodara, Allah itu mang Dzat yang gak pernah mendolimi hambaNya. Saat kita jujur padaNya dengan menepati janji kita padaNya, maka berbagai macam bonus akan disertakan bersama “starter pack” yang bernama ‘jodoh’ itu. Believe me dah.. aku pribadi udah ngalamin. Saat itu proposalku minta “ikhwan”, desain grafis, yang mandiri and gaul. Eh, lha dalah ternyata saat taaruf banyak nggak cocoknya, tapi karena syarat “ikhwan”, desain grafis, mandiri n gaul udah ada ya modal Bismillah, jalan terus. Ternyata setelah nikah, Allah bener2 bikin aku melongo terheran2 tiap harinya, ternyata semua kelebihan selama taaruf masih diumpetin, setelah nikah baru tau kalo kita mang nggak cocok tapi cocok buanget (^_^!)...
And selain honest juga be patient, karena selain nyarinya susah, Allah juga punya rencana yang kita nggak tau, entah menguji kesungguhan and kejujuran kita, entah mempersiapkan kita, entah mempertemukannya disurga. So have positive thinking aja ke Allah!!

2. Logis
Keep have a logic mind. Klo mang kitanya kayak gini, ya jangan mengharap seseorang sekaliber Aa Gym atau Fauzil Adhim. Klo wajah pas-pasan ya jangan mengharap seorang berwajah Yusuf (kata akh Salim “ntar bukan cuma tangan yang teriris tidak terasa, tapi leher” hiiii…) . Klo otak kita dibawah standard, ya jangan mengharap seorang programmer robot, klo kantong kita dibawah garis kemiskinan, ya jangan berharap punya ikhwan ber Honda Jazz ria. Istilahnya tau diri lah. Seperti kata akh Salim, klo kita memaksakan diri pengen punya suami kayak gitu, selain udah mendikte Allah for what Allah should do, kita juga udah memperkosa hak seorang hamba, mendzolimi hidupnya. Masalahnya klo terlalu memaksakan diri kayak gitu (walaupun toh pada akhirnya kita tetep dapetin ikhwan yang kita inginkan) tapi apa kita yakin tuh ikhwan mang Allah kasihkan ke kita dengan penuh cinta? gimana kalo ternyata Allah memberikannya dengan cara melemparkan kemuka kita?, nah padahal doa kita tiap saat kan minta Allah give the best for us, tapi klo doanya minta the best, sedangkan pikiran kita terus menuntut dan mendikte Allah tentang kriteria jodoh yang kita inginkan kayak gitu, ya itu tadi yang bakal kita dapat, tuh ikhwan mang kita dapatkan tapi ridho dan cinta Allah belum tentu, trus dimana letak barakahnya pernikahan coba?? And… once more… lebih baik kan membangun cinta, daripada jatuh cinta… so… walopun ikhwannya gak mirip mike shinoda, nggak berhonda jazz tapi klo akheratnya terpenuhi, keep go on aja, urusan cinta? Istana kan nggak dibangun dalam satu hari. Eh I said akherat, bukan pahala, so letak plusnya dia bukan pada banyaknya hafalan, volume sholat and shaum, gosongnya jidat or panjangnya jilbab. But akhlak. The way he treat us, interaksi dia dengan Allah, cara pandang dia terhadap Islam, jihad, dakwah, and ilmu.

3. Ikhtiar
Ikhtiar, emm apa aja ya?? Gini mudahnya, klo target kita ikhwan pinter komputer, ya kita juga kudu pinter komputer, klo target kita manusia-manusia liqo’, ya ikutan liqo’, klo target kita ikhwan tarbiyah, ya nyemplung ke tarbiyah, Eh tapi berpikirnya jangan dibalik, ikut liqo’ bukan karena pengen mencharger iman tapi untuk cari jodoh, yah sama juga bohong!, lagipula kata Akh Salim (lagi!) letak pertimbangan menikah bukan pada “he” tapi “I”, seberapa besar karyaku, dakwahku, semangatku, ilmuku, akhlakku dengan begitu aku akan mendapat seseorang yang lebih baik dari “he”. wes gitu aja, just believe ajalah ma Yang Maha Kuasa. And.. be a pretty akhwat. Akhwat berhati cantik itu biasa, mang udah seharusnya, akhwat berhati cantik, berwajah cantik, bertubuh cantik(he..he…) itu luar biasa! Karena kita nggak pesen hidup didunia, so kita juga gak bisa pesen fisik, maka ya barang gratisan yang sekarang diamanahkan ke kita ini dirawat sebaik-baiknya, tenang...semua udah disesuaikan, ntar klo terlalu cantik or terlalu jelek, kitanya yang nggak mampu mengembannya.

4. Persiapkan akhlak
Persiapan akhlak. Yup, mulai dari manajemen emosi, marah, penyikapan terhadap perbedaan pendapat, sampai pengertian terhadap sifat dan watak orang lain. Perdalam ilmu, perbanyak syukur, perbesar sabar.

5. Persiapkan ilmu
Semua ada ilmunya, al ilmu qabla al amal (ilmu itu mendahului perbuatan) so sebelum melakukan something, sebaiknya kita “mengilmui” dulu apa yang bakal kita lakuin itu. Klo niat kita pengen nikah, ya pahami dulu ilmu tentang pernikahan. Tentang tata cara milih jodoh, taaruf yang sesuai syariat, psikologi laki2 (eh salah) psikologi ikhwan (beda dong..), ilmu memahami orang lain, menutupi kekurangan dengan kelebihannya (dibalik kekurangan seseorang Allah pasti menciptakan berjuta kelebihan dari dirinya), perbanyak baca buku. Eh. yang akhwat bacanya buku istri sholehah lho, jangan baca buku suami sholeh, ntar pas nikah bingung kalo suaminya gak sama ama buku (ya iyalah..).

6. Lurusin Niat
Hayo, niatnya nikah untuk apa? Membentuk madrasah peradaban? menjadi mata air sumber ilmu? menjadi teladan bagi sekitar? atau supaya nggak dicap orang sebagai ‘cewek nggak laku’ hanya karena temen-temen yang seusia udah pada nikah? Look into your heart !!
Jikalah aku melangkah,
Semoga itu bukan karena “ketakutan”.
Jikalah aku melangkah,…
Semoga itu bukan karena keberanian”
Jikalah aku melangkah,
Semoga itu bukan karena “kesombongan”.
Jikalah aku melangkah,…
Semoga itu bukan karena “kerendahdirian”
Jikalah aku melangkah,
Semoga itu bukan karena “mengharapkan pandangan orang”
Jikalah aku melangkah, …
Semoga itu bukan karena “rasa kasihan”
Jikalah aku melangkah,
Semoga itu karena “kerinduan”.
Jikalah aku melangkah,…
Semoga itu karena “kebenaran”
Jikalah aku melangkah,
Semoga itu karena “cinta”(pada sunnah Rosul&syariatNya).
Jikalah aku melangkah,…
Semoga itu karena “hakikat”
Jikalah aku melangkah,…
Semoga itu karena “Tuhan”
(Seismic;Terlabuhkan)
Nah… this is yang gak kalah important!! Adanya perbedaan antara tergesa-gesa dan menyegerakan. Gimana kemaren penjelasannya?? Analoginya kayak lari dikejar anjing, karena saking takutnya sampai pagar yang biasanya gak bisa dilompati dalam keadaan normal jadi bisa terloncati.
Wait..kayaknya tetep gak paham deh! Puisinya seismic ajalah dikupas.

Jikalau aku melangkah semoga itu bukan karena ketakutan,
Yang jelas takut gak laku. Makanya diskon 50% bahkan gratis, apalagi klo temen-temen satu usia udah pada nikah, trus kitanya gak ada tanda-tanda akan berakhirnya ujian, karena kebakaran jenggot (klo akhwat, kebakaran jilbab, he..he..) akhirnya “big sale” deh, diskon besar-besaran, asal ada yang mau, siapa ajalah, yang penting Islam. Nih kayaknya jadi satu ma Jikalah aku melangkah, Semoga itu bukan karena “mengharapkan pandangan orang”. Karena takut dicap orang sebagai cewek nggak laku, yah akhirnya yang semula pegang prinsip, yang semula pengen ikhwan dengan standard segini segitu akhirnya jadi didiskon 50%. Asal ada yang mau, pokoknya Islam, okelah. padahal dibalik kesulitan ada kemudahan, bukankah doa kita minta yang The best for us, ya mungkin karena yang kita temui selama ini bukan yang the best for us, kan Allah lebih tau, kita gak tau, so be patient, eh bisa juga klo kita nggak bertemu ma jodoh didunia, mungkin karena jodohnya tidak didunia, tapi disurga, hayo? Selain itu bisa juga ma Allah mang sengaja dipending karena buanyak sebab.
1. Mungkin akhlak kita masih kurang bagus untuk ngurusin makhluk Allah yang bernama jodoh.
2. Amanah kita masih terlalu banyak, karena tanggungjawab yang ada dipundak kita belum bisa diwariskan keorang lain, karena Allah masih memercayakannya pada kita(lucky banget kan?), tapi klo udah diwariskan bukan berarti Allah tidak percaya lagi, tapi ada hal lain yang dipercayakan ke kita dan hal itu pasti jauh lebih besar(naik level gitu..).
3. Mungkin juga ilmu kita masih kurang. Coba have a positive thinking ke Allah mengenai kurangnya ilmu ini, gini caranya, mungkin Allah menjodohkan aku ma seorang ikhwan dengan jam terbang dakwah yang tinggi(mungkin seorang Aa Gym (^_^!)) tapi jam terbangku kok ya masih segini-gini aja, berarti Allah masih nunggu meningkatnya jamku, mungkin Allah menjodohkan aku ma ikhwan yang semangat menuntut ilmunya tinggi(mungkin seorang dosen informatika, Ehmm..) tapi pemrograman basicku kok dapat C, berarti aku masih perlu belajar, have a positive thinking klo Allah menjodohkan ma seseorang yang mana seseorang itu jauh lebih baik dari kita, so Allah masih nunggu kesiapan ilmu and karya kita biar setara ma orang tersebut. Eh sekali lagi jangan dibalik, meningkatkan jam terbang untuk menjemput jodoh, jangan yah!.
4. Coba flashback, ingat-ingat apa ada janji kita padaNya yang belum kita tepati, apa ada amanahNya yang masih belum kelar, ingat-ingat ting!

Jikalah aku melangkah, semoga itu bukan karena “keberanian”,
Keberanian mengambil resiko? kayaknya gitu, berani mengukur kadar iman diri sendiri terlalu tinggi, sehingga berani mengambil resiko menikah dengan orang yang nggak satu prinsip dalam dakwah, supaya bisa menikah sambil berdakwah, setelah menikah dengan kita, dengan cinta, kita bisa membimbingnya sehingga bisa menjadi manusia yang better. Bisa klo kita sekaliber Rosulullah, yah setidaknya AaGym lah, klo nggak, ngeri banget bagi kita sendiri. Jangan-jangan malah kitanya yang ikutan dia bukan dianya yang ikut kita, too risk banget.. jangan mengulang kesalahan orang2 tercinta kita, ngeri abis deh, soalnya hanya Allah yang bisa membolak-balik hati manusia, kita cuma bisa berusaha kan? So jangan ambil resiko deh.. mending diganti aja niatnya, menikah untuk memperbaiki diri sendiri bukan untuk memperbaiki diri orang lain. Lagipula tujuan nikah kita kan untuk membentuk sebuah madrasah peradaban, yang mana perlu kerjasama dua pihak, klo masih harus memperbaiki satu pihak, kapan jadinya madrasah kita?
Jikalah aku melangkah, semoga itu bukan karena “kesombongan”,
Yang ini nggak level banget deh, nggak kita2 banget gitu, he..he.. nikah ma orang yang (ngambil istilah temen2) bisa diajak buwuh (maksudnya yang cantix or tampan gitu), nikah ma anaknya kiai(karena nasab), nikah ma anaknya orang kaya, nikah ma policeman, TNI dkk (sampai sekarang aku tetap nggak ngerti dimana latak bangganya??). Menikah karena dunia, that’s it! Semoga Allah melindungi kita dari niat-niat jelek semacam itu.

Jikalah aku melangkah, semoga itu bukan karena “kerendahdirian”, Jikalah aku melangkah, semoga itu bukan karena “rasa kasihan” yah, kayaknya nggak perlu dibahas, absolutely jelas kan? Bukan karena rendah diri, karena (pede aja lagi) kita akhwat terhormat kok, jodoh kita pasti juga manusia terhormat. Juga bukan karena rasa kasihan, klo yang ini jelas, klo kasihan kenapa dinikahi, dikasih uang aja, he..he..

Jikalah aku melangkah, semoga itu karena “kerinduan”, Jikalah aku melangkah, semoga itu karena “kebenaran”. Jikalah aku melangkah, semoga itu karena “cinta”, Jikalah aku melangkah, semoga itu karena “hakikat”. Jikalah aku melangkah, semoga itu karena “Tuhan”.
Yup!! Ini harapan kita, menikah karena kerinduan untuk menjadi manusia yang sempurna setengah diennya, menikah untuk mengikuti sunnah Rosul and perintah Allah, menikah karena cinta akan kesesuaian jiwa dan kesamaan prinsip, menikah karena hakikat hidup menjadi kalifah dimuka bumi untuk menciptakan peradaban yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat Laa ila ha Ilallah, and tujuan dasar, menikah hanya karena Allah. Indahnya….(^_^)

1 komentar:

  1. syukron y mb. terimakasih postingannya bagus banget!!

    BalasHapus